Seluruh manusia yang hidup di bumi ini adalah keturunan Nabiyullah Adam alaihissalam. Di awal penciptaannya, manusia dianugerahi pengetahuan berbagai asma’, dan melalui bekal ini pula, Nabiyullah Adam alaihissalam menempati derajat lebih unggul dibanding malaikat.
Itu pula sebabnya, Allah SWT tegaskan mengenai sifat mulyanya Nabi Adam dan keturunannya ini lewat firman-Nya:
ولَقَدْ كَرَّمْنا بَنِي آدَمَ وحَمَلْناهُمْ فِي البَرِّ والبَحْرِ ورَزَقْناهُمْ مِنَ الطَّيِّباتِ وفَضَّلْناهُمْ عَلى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنا تَفْضِيلًا
Sesungguhnya, Kami telah mulyakan anak Adam dan Kami bawa mereka di darat dan dilaut, dan Kami beri rezeki mereka berbagai perkara yang baik dan sungguh Kami telah utamakan mereka melampaui kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Adapun bukti penegasan ini juga disampaikan oleh Fakhruddin al-Razy (w. 606 H) di dalam kitab Tafsiirnya Mafatih al-Ghaib, Juz 21/372. Ia menyampaikan:
اعْلَمْ أنَّ المَقْصُودَ مِن هَذِهِ الآيَةِ ذِكْرُ نِعْمَةٍ أُخْرى جَلِيلَةٍ رَفِيعَةٍ مِن نِعَمِ اللَّهِ تَعالى عَلى الإنْسانِ وهِيَ الأشْياءُ الَّتِي بِها فُضِّلَ الإنْسانُ عَلى غَيْرِهِ
Ketahuilah bahwa maksud dari ayat ini adalah menyebut nikmat lain yang sangat besar dan tinggi di antara nikmat-nikmat Allah ta’alla dan berlaku atas manuusia. Di antara nikmat-nikmat itu adalah diutamakannya manusia melampaui makhluk lain.
Mengapa manusia dimulyakan melampaui makhluk lainnya? Imam al-Razy (w. 606 H) menjelaskan:
واعْلَمْ أنَّ الإنْسانَ جَوْهَرٌ مُرَكَّبٌ مِنَ النَّفْسِ، والبَدَنِ، فالنَّفْسُ الإنْسانِيَّةُ أشْرَفُ النُّفُوسِ المَوْجُودَةِ فِي العالَمِ السُّفْلِيِّ، وبَدَنُهُ أشْرَفُ الأجْسامِ المَوْجُودَةِ فِي العالَمِ السُّفْلِيِّ.
“Ketahuilah bahwa manusia adalah suatu jauhar yang tersusun atas jiwa dan badan. Jiwa manusia merupakan paling mulya-mulyanya jiwa yang diciptakan di alam bawah. Sementara badannya merupakan jisim yang paling mulya dan diciptakan di alam bawah (alam al-sufla).”
Penegasan lebih lanjut tentang sebab keutamaannya jiwa insany manusia ini juga turut ditegaskan oleh Imam al-Razy sebagai berikut:
وتَقْرِيرُ هَذِهِ الفَضِيلَةِ فِي النَّفْسِ الإنْسانِيَّةِ هِيَ أنَّ النَّفْسَ الإنْسانِيَّةَ قُواها الأصْلِيَّةُ ثَلاثٌ. وهِيَ الِاغْتِذاءُ والنُّمُوُّ والتَّوْلِيدُ
Penegasan keutamaan yang berlaku atas jiwa manusia ini adalah karena sesungguhnya tiap-tiap jiwa seorang insan memiliki 3 potensi dasar, yaitu: makan, tumbuh, dan reproduksi/berkembang biak.”
Selanjutnya, ketiga potensi ini masih dibekali potensi lainnya, yaitu jiwa hayawani. Imam Al-Razy menyatakan:
والنَّفْسُ الحَيَوانِيَّةُ لَها قُوَّتانِ الحَساسَةُ سَواءٌ كانَتْ ظاهِرَةً أوْ باطِنَةً، والحَرَكَةُ بِالِاخْتِيارِ، فَهَذِهِ القُوى الخَمْسَةُ أعْنِي الِاغْتِذاءَ والنُّمُوَّ والتَّوْلِيدَ والحِسَّ والحَرَكَةَ حاصِلَةٌ لِلنَّفْسِ الإنْسانِيَّةِ
Jiwa hayawani memiliki 2 potensi, yaitu potensi inderawi baik indera dhahir maupun indra bathin, serta kemampuan untuk bergerak dan melakukan usaha. Alhasil ada 5 kekuatan potensial pada diri insan, yaitu makan, berkembang / tumbuh, reproduksi, indera, dan bergerak. Seluruhnya ada pada diri manusia.


Apakah sudah berhenti sampai di sini? Ternyata tidak. Dijelaskan oleh Imam al-Razy, bahwasannya ada potensi akal yang menjadi pengikat dari semua potensi yang sudah ada. Imam al-Razi menyampaikan:
ثُمَّ إنَّ النَّفْسَ الإنْسانِيَّةَ مُخْتَصَّةٌ بِقُوَّةٍ أُخْرى وهِيَ القُوَّةُ العاقِلَةُ المُدْرِكَةُ لِحَقائِقِ الأشْياءِ كَما هِيَ. وهِيَ الَّتِي يَتَجَلّى فِيها نُورُ مَعْرِفَةِ اللَّهِ تَعالى ويُشْرِقُ فِيها ضَوْءُ كِبْرِيائِهِ وهُوَ الَّذِي يَطَّلِعُ عَلى أسْرارِ عالَمَيِ الخَلْقِ والأمْرِ ويُحِيطُ بِأقْسامِ مَخْلُوقاتِ اللَّهِ مِنَ الأرْواحِ والأجْسامِ كَما هِيَ وهَذِهِ القُوَّةُ مِن تَلْقِيحِ الجَواهِرِ القُدْسِيَّةِ والأرْواحِ المُجَرَّدَةِ الإلَهِيَّةِ، فَهَذِهِ القُوَّةُ لا نِسْبَةَ لَها فِي الشَّرَفِ والفَضْلِ إلى تِلْكَ القُوى النَّباتِيَّةِ والحَيَوانِيَّةِ، وإذا كانَ الأمْرُ كَذَلِكَ ظَهَرَ أنَّ النَّفْسَ الإنْسانِيَّةَ أشَرُفُ النُّفُوسِ المَوْجُودَةِ فِي هَذا العالَمِ
“Kemudian sesungguhnya jiwa manusia diistimewakan dengan potensi lain dengan keberadaan potensi akal untuk mengungkap hakekat segala sesuatu sebagaimana seharusnya. Dengan potensi satu ini, manusia dapat menangkap adanya cahaya mengenal Allah Ta’ala, Yang memancar pada dirinya sinar kebesaran-Nya yang terbit dari sela-sela tabir rahasia alam makhluk dan alam amr, bersifat melekat pada berbagai macam makhluk ciptaaan Allah, termasuk keberadaan para ruh dan jisim sebagaimana harusnya. Semua bentuk kekuatan ini adalah satu kesatuan anugerah dari Dzat Yang Maha Suci dan arwah mujarradah yang berbangsa ilahi. Semua potensi ini merupakan anugerah kemuliaan dan keutamaan yang tiada bandingnya mencakup potensi yang bersifat tumbuh (nabati) dan potensi hayawani. Apabila semua amar ini berjalan sebagaimana dititahkan, maka jadilah jiwa seorang insan merupakan sebenar-benar jiwa yang paling mulia di antara makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT di alam fana ini.”
Walhasil, terdapat 5 potensi dasar manusia sebagai makhluk yang dimuliakan oleh Allah SWT. Kelima potensi itu, adalah potensi makan, tumbuh dan berkembang, serta berkembang biak. Ketiga potensi ini dikenal dengan istilah potensi nabati. Selanjutnya, ditambahkan 2 potensi lainnya, yaitu potensi mengindera dan bergerak. Keduanya dikenal sebagai potensi hayawani. Satu potensi yang mengikat dua potens hayawani dan potensi nabati tersebut, adalah potensi akal. Akal menjadi titik utama pemuliaan manusia dalam syara’. Wallahu a’lam bi al-shawab
Muhammad Syamsudin (Peneliti eL-Samsi)