Coba kita saksikan gambar berikut!
Apa yang bisa kita baca dari grafik di atas? Kebetulan grafik di atas bercerita mengenai angka pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product). Alhasil, cara bacanya pun menyesuaikan dengan tema dasar dari GDP itu, yaitu pendapatan suatu negara seiring terjadinya peningkatan GDP atau depresiasinya.
Grafik itu sudah pasti memiliki indikator bahwa kenaikan GDP bisa dipengaruhi oleh adanya iklim usaha yang tumbuh, mobilitas pasar yang bagus, produk masyarakat yang bisa diserap oleh pasar dunia sehingga terjadi peningkatan pada pendapatan negara dan masyarakat.
Garis trendline menggambarkan garis beban yang harus ditanggung oleh negara. Ketika GDP itu bergerak turun, menandakan ada ketidakberesan dalam pasar dan produsen produk. Ketidakberesan ini bisa dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya akibat musim, atau situasi lain yang secara langsung berhubungan dengan ketersediaan stok produk yang bisa dijual sehingga menghasilkan pendapatan.
Apa yang tampak dalam grafik di atas, adalah bagian dari siklus bisnis dan itu merupakan suatu kewajaran. Naik dan turunnya harga produk, memang sulit untuk di tahan. Itulah makna dari invisible hands atau peran Dzat al-Musa’ir (Yang Maha menentukan Harga).
Namun, negara membutuhkan langkah untuk mengantisipasinya agar tercipta kondisi stabilitas dalam negerinya. Peran pengkondisian ini dikenal dengan istilah hedging.
Di dalam Al-Qur’an, peran hedging ini disampaikan oleh Allah SWT lewat peran kisah Nabiyullah Yusuf alaihissalam. Sebelum terjadinya krisis, negara diminta untuk memperbesar APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Alhasil, ketika kondisi depresiasi ekonomi benar-benar terjadi, negara menggunakan harta simpanannya itu guna mensubsidi kebutuhan masyarakat. Anda bisa baca kisah ini pada Q.S. Yusuf.
Wallahu ‘lam bi al-shawab