Ada banyak obyek trading yang diperdagangkan dalam Pasar Sekunder dan Pasar Modal. Ada forex, ada sekuritas yang terdiri dari saham dan obligasi. Ada pula reksadana, gold (emas), dan komoditas. Di dalam trading, umumnya setiap produk yang diperdagangkan ini dipasangkan antara satu produk dengan produk lainnya. Misalnya, jika produk itu berupa forex , maka ada pemasangan mata uang, misalnya IDR/USD.
Pemasangan ini sebenarnya memiliki maksud hubungan sebab akibat. Kiranya, hubungan itu dapat diilustrasikan sebagai berikut: “jika kurs 1 USD = 14.300 IDR, maka bila terjadi guncanangan yang mengganggu perekonomian Amerika Serikat, IDR akan menguat nilai tukarnya terhadap USD. Sebaliknya,, bila terjadi kasus ketidakstabilan ekonomi pada Indonesia, maka IDR akan melemah nllai tukarnya terhadap USD. Pelemahan itu bisa disebabkan nilai kursnya berubah dari 1 USD = 14.360 IDR atau lebih tinggi dari itu. Atau bila mengalami penguatan, maka 1 USD = 14.270 IDR.
Hal yang sama juga bisa terjadi pada sekuritas dan komoditas lainnya. Misalya untuk sekuritas yang terdiri dari saham. Umumnya saham dipasangkan dengan mata uang USD. Sementara IDR memiliki nilai kurs berdasar USD.
Suatu misal harga 1 lembar saham adalah 10 USD. Secara tidak langsung, ketika membeli saham ini di pasar modal, pertimbangan yang harus dilakukan oleh seorang trader adalah mencermati nilai tukar IDR terhadap USD, dan sekaligus pergerakan pertumbuhan perusahaan berdasarkan data perjalanan produksi yang sudah ada. Akan tetapi, ada juga trader yang hanya dengan cukup menganalisis pergerakan saham berdasarkan nilai rupiah saja.
Nah, karena baik komoditas yang diperdagangkan itu berupa forex atau berupa sekuritas, atau bahkan mungkin cryptocurrency, dan setiap komooditas itu merupakan unit yang bersifat namma’ (tumbuh / produktif), maka muncullah yang dinamakan technical analysis (analisis teknis) atau yang bisa kita kenal dengan istilah trend. Secara statistik, biasanya garis ini digambarkan sebagai garis trendline. Kadang tampilannya disampaikan menurut trend kurva, dan kadang disampaikan menurut trend garis lurus.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis akan sajikan beberapa contoh trendline. Dan agar lebih mudah memahami, berikut ini akan kita awali dari data contoh grafik asalnya.
Contoh graafik asal tanpa trendline
Grafik pergerakan dengan trendline kurva berikut!
Contoh grafik dengan trendline berupa garis lurus!
Masing-masing garis trendline ini pada dasarnya menyatakan rata-rata pertumbuhan. Alhasil, angka yang tertuang di dalam absis (sumbu X) pasti menyatakan waktu. Sementara sisi ordinatnya, pasti menyatakan harga. Dengan demikian, manfaat dari memahami grafik ini secara tidak langsung adalah dapat berguna untuk mengetahui durasi kontrak yang ideal untuk melakukan keputusan sell (ask/jual) atau buy (bid / beli).
Cara pembacaan terhadap grafik tersebut adalah, jika garis itu terjadi pada forex, maka melambangkan rata-rata perubahan kurs suatu pasangan mata uang. Tergantung mata uang apa yang diambil. Jika data dihimpun berdasar data pembelian, maka melambangkan kecenderungan konsumen untuk menyimpan mata uang yang dibelinya (bid). Namun, bila data yang dihimpun adalah berdasar data lelang, maka garis trendline itu menggambarkan rata-rata pelepasan uang ke pasar, dan ia memilih menyimpan mata uang pasangannya (ask).
Adapun, pada trading saham, garis trendline ini menyatakan rata-rata penawaran harga saham. Tergantung, data itu hendak dinyatakan untuk mengetahui apa? Bila data dihimpun berdasar angka pembelian suatu saham, maka garis trendline menggambarkan data penawaran (bid). Akan tetapi, bila data dihimpun berdasar data penjualan, maka garis trendline itu menggambarkan data permintaan (ask).
Cara Perolehan Profit Trading
Profit adalah keuntungan. Yang dinamakan sebagai keuntungan dalam trading, sudah pasti diperoleh dari dua asal, yaitu:
- Selisih antara harga jual dan harga beli. Membeli dolar di harga 1 USD = 14.200 IDR, dan menjualnya di harga 1 USD = 14.300 IDR, maka penjualnya memiliki keuntungan (cuan) sebesar 100 IDR. Atau sebaliknya, ketika membeli IDR dengan dolar di harga 14.300 IDR/USD dan menjualnya di harga 14.200 IDR/USD, maka dia mengalami loss (kerugian)
- Selisih antara harga beli saham dengan harga jual saham.Potensi yang diharapkan oleh para pembeli sudah pasti adalah pembagian dividen (sisa hasil usaha). Kadang saham memiliki nilai kontrak modal disertakan dalam durasi 6 bulan. Dengan demikian, setelah 6 bulan dari awal semenjak diterbitkannya saham dan dilelang serta dilepaskan di pasar terbuka, pihak pemegang sahamnya akan mendapat bagi hasil saham tersebut. Ini pula yang menyebabkan saham itu menjadi memiliki daya tawar, selama selang waktu enam bulan itu. Dengan menimbang data potensi omset yang didapatkan perusahaan, dan data keuntungan yang diperoleh dari hasil produksi, maka banyak trader yang menjadi tergiur untuk mendapatkan saham itu atau menjualbelikannya. Jika laporan untung rugi saham terus disampaikan dan dilaporkan ke publik, maka banyak pihak yang akan mempelajari data itu sebagai daya dukung untuk melakukan penawaran dan pelelangan saham. Dari sinilah, pihak trader saham mendapatkan keuntungan. Yaitu, dari selisih harga jual (ask) dan harga beli saham (bid).
Daya Dukung Technical Analysis dalam Trading
Berbekal penjelasan di atas, maka ada beberapa daya dukung bagi para trader untuk menentukan sikap di lapangan. Kita akan berkutat pada penjelasan di atas untuk mengindentifikasi daya dukung tersebut.
Pertama, kondisi informasi sosial politik yang melingkupi suatu negara. Negara yang goncang, akan cenderung nilai tukar mata uangnya jatuh terhadap USD atau mata uang negara lain di mana dua negara tersebut melakukan hubungan bilateral dalam perdagangan. Analisis ini umumnya berlaku pada transaksi forex atau transaksi komoditas. Adapun untuk perdagangan saham, bila saham itu berasal dari sebuah perusahaan besar, biasanya kondisi sosial politik tidak begitu banyak berpengaruh. Andaikan ada penurunan, maka turunnya hanya sedikit. Andaikata pun ada kenaikan, maka kenaikannya tidak signifikan.
Kecuali, kondisi informasi sosial itu disampaikan oleh seseorang yang menjadi influencer. Misalnya, kasus Ellen Musk beberapa waktu yang lalu soal Bitcoin. Ellen Musk sendiri adalah pendiri dari pabrikan mobil Tesla. Sementara Tesla adalah perusahaan besar produsen mobil listrik yang didamba akan masuk ke dalam pasar besar mobil dunia.
Kedua, laporan rugi laba suatu perusahaan dan dilaporkan secara periodik. Laporan periodik yang disampaikan oleh perusahaan menjadi acuan bagi mengetahui pergerakan pertumbuhan dan valuasi suatu saham.
Ketiga, potensi perusahaan. Misalnya seperti Tesla, ada pabrikan mobil listrik Toyota, atau mobil dengan daya energi matahari. Ketiga pabrikan ini merupakan pabrikan yang menjanjikan teknologi di masa depan. Orang akan melihat potensinya untuk menguasai pasar otomotif. Oleh karenanya, banyak pihak yang akan berusaha merebut sahamnya sebab ada potensi deviden yang sangat besar di sana. Misalnya pula, baru-baru ini, Telkom akan mengadakan program pengubahan saluran TV Analog menjadi TV Digital. Bagi para trader, hal yang akan menjadi acuan daya dukung pembelian adalah bahwa pengubahan itu menjadi suatu keniscayaan dan tidak bisa dibatalkan. Artinya, pasti banyak yang akan berburu perangkat pendukung TV Digital tersebut. Dan itu berarti perusahaan pendukung tersebut, sahamnya akan menjadi terdongkrak naik, sebab potesi liabilitas serta volatilitas produk di pasaran.
Nah, ini adalah perangkat-perangkat untuk melakukan analisis tehnik bagi para trader. Yang menjadi persoalan fiikih kemudian, adalah adakah semua penjelasan di atas mempengaruhi akad dalam trading? Misalnya, terhadap lahirnya spekulasi (maisir), penipuan (gharar), kecurangan (ghabn), dan jahalah (ketidaktahuan), dan memakan harta orang lain secara bathil atau riba. Adakah hal-hal tersebut berhasil masuk ke dalam ruang trading? Simak berbagai telaah berikutnya di kanal ini!