Kalau anda perhatikan dengan cermat, tampilan dari semua grafik signal trading – baik yang berlaku pada trading komoditi di Perdagangan Berjangka Komoditi dan trading efek di Pasar Modal – akan menunjukkan sisi keanehan. Simak contoh grafiknya sebagai berikut!
Nampak dalam gambar bahwa sisi ordinat menunjukkan harga (price). Bagian bawah menunjukkan waktu (time).
Karena grafik itu disusun melalui mekanisme aradl wa thalab (supply and demand), maka kenaikan chandelstick grafik adalah dipengaruhi oleh adanya permintaan. Sementara turunnya grafik, adalah dipengaruhi karena sedikitnya permintaan (thalab).
Yang diminta (aradl), adalah komoditas yang dipasarkan. Jika permintaan itu berupa “efek”, maka “efek” terhadap rupiah. Jika, “permintaan” itu berupa “currency”, maka “currency” terhadap rupiah atau mata uang pasanganya.
Coba cermati baik-baik pada diksi “permintaan”!
Maksud dari “permintaan” di situ, sebenarnya adalah bermakna banyaknya kunjungan “trader” untuk membeli “barang” (aradl). Penulis berikan ilustrasi seperti ini:
“Andaikata ada 100 aradl dan per aradl berharga Rp100 / lembar, maka dengan kunjungan 50 orang, setiap satu orang berpeluang mengakuisisi 2 aradl dengan harga 100 / lembar.
Ketika jumlah “pengunjung” (trader) itu bertambah 10, sehingga terdapat 60 orang di pasar, grafik pengunjung akan naik ke level satu setrip lebih tinggi dari ketika masih hanya dikunjungi 50 orang. Kenaikan harga aradl akan berubah naik ke level 10% dari 100, sama dengan 10. Alhasil, harga aradl akan berubah menjadi 110 per lembar. Chandelstick menunjuk pada angka 110.
Sebaliknya, ketika terjadi penurunan jumlah pengunjung (misalnya 10), maka harga aradl akan otomatis turun -10%, sehingga harga akuisisinya akan menjadi 100-10, sama dengan 90.
Jadi, penurunan dan kenaikan jumlah pengunjung dalam market, adalah berbanding lurus dengan kenaikan atau penurunan harga per waktu.
Pertanyaannya, apakah ini memenuhi standar lelang? Coba anda renungkan! Apakah anda menemukan sisi keanehan?
Jika belum, simak lagi grafik berikut ini!
Pada contoh grafik di atas, coba anda simak baik-baik! Mengapa pada jam 12.00 harga turun? Dan mengapa pada jam 10.0, harga bergerak naik?
Para analis teknis akan bilang, sebab jam 10.00 adalah jam kerja. Karenanya, banyak trader yang masuk dan mencari peruntungan lewat gain capital. Harga naik sebab banyaknya kunjungan.
Sementara itu, jam 12.00 adalah jam istiirahat. Saat itu, banyak para trader yang mengundurkan diri dari pasar dan memilih istirahat. Alhasil, harganya jatuh.
Jadi, hikmah apa yang bisa kita petik dari mempelajari kedua grafik di atas? Sebenarnya, jawabannya singkat, yaitu naik dan turunnya harga, adalah berbanding lurus dengan jumlah kunjungan trader ke pasar. Apakah anda menemui kebiasaan itu di pasar tradisional?
Jadi, itu adalah sebuah indikasi. Indikasi dari apa? Dalam hemat penulis yang pernah berkecimpung lama dalam dunia analisis data statistik ketika masih di Malang, dulu, maka baik sadar atau tidak, para trader di pasar bursa sebenarnya telah terjebak dalam praktik sistem maisir (gambling).
Grafik chandelstick bukan menggambarkan terjadinya penawaran. Grafik itu sebenarnya menggambarkan jumlah kunjungan ke pasar.
Kalau anda masih sulit percaya, maka coba saja anda tanya ke para trader, apakah mereka melakukan proses “tawar menawar” dengan brokernya?
Jawabnya tentu tidak. Mereka sudah disuguhi harga jadi saat itu juga, yang mana harga tersebut otomatis bergerak seiring masuk dan keluarnya trader dari pasar. Wallahu a’lam bi al-shawab!
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.