elsamsi log
Edit Content
elsamsi log

Media ini dihidupi oleh jaringan peneliti dan pemerhati kajian ekonomi syariah serta para santri pegiat Bahtsul Masail dan Komunitas Kajian Fikih Terapan (KFT)

Anda Ingin Donasi ?

BRI – 7415-010-0539-9535 [SAMSUDIN]
– Peruntukan Donasi untuk Komunitas eL-Samsi : Sharia’s Transaction Watch

Bank Jatim: 0362227321 [SAMSUDIN]
– Peruntukan Donasi untuk Pengembangan “Perpustakaan Santri Mahasiswa” Pondok Pesantren Hasan Jufri Putri – P. Bawean, Sangkapura, Kabupaten Gresik, 61181

Hubungi Kami :

Mempertanyakan Peran NGO Greenpeace yang Greenwar

Mempertanyakan Peran NGO Greenpeace yang Greenwar

Semenjak meletusnya konflik Rusia-Ukraina yang ditandai oleh invasi bersenjata Rusia, Greenpeace - sebuah NGO dunia yang bergerak di bidang kampanye lingkungan hidup, menyerukan sebuah kampanye “Stop Oil and Gas for War.“ Maksud dari kampanye ini sebenarnya sudah jelas, yaitu tekanan terhadap semua pemerintahan di dunia agar menyetop pasokan gas dari Rusia ke negara-negara berkembang. 

Dengan sedikit dibalut oleh pomeo bahwa tidak elok mendukung Rusia yang menjadikan gas dan minyaknya untuk membiayai perang. 

Sembari ditekankan oleh NGO satu ini, bahwa membeli minyak Rusia adalah sama dengan ikut membiayai perang

Itu sebabnya, terjadi penyanderaan terhadap kapal Tanker Pertamina yang mendapat mandat agar mengimpor minyak mentah Rusia. Belum lagi kampanye itu dilalui oleh penyanderaan terhadap 140 kapal tanker Rusia yang mengekspor minyaknya ke sejumlah negara, termasuk di antaranya ke Inggris dan AS. 

Agar gerakan itu tidak terkesan memberikan dukungan terhadap kepentingan luar negeri AS dan NATO serta negara-negara Uni Eropa, maka Greenpeace kemudian membalut kampanyenya dengan antisipasi perubahan iklim dan percepatan transisi energi terbarukan. 

Mereka mengobarkan semangat bahwa bahan bakar fosil yang terdiri dari batu bara dan minyak adalah racun bagi kehidupan. Misalnya, kampanye itu disampaikan lewat ungkapan Climate Campaign Director at Greenpeace USA, Anusha Narayanan dan dilansir oleh situs resmi Greenpeace berikut:

“The answer to our oil addiction is not to find another dealer but to accelerate the transition to renewable energy and rehabilitate off poisonous fossil fuels that are killing us and undermining democracy. President Biden’s ban on Russian oil must signal an end to the exploitative fossil fuel industry and the multinational oil syndicates that are driving wars and the climate crisis. This action must be coupled with an all-hands-on-deck effort to deploy renewable energy that would relieve costs for families and help us break free from the volatility of oil price swings. The oil and gas industry and its political allies are trying to exploit the war in Ukraine to increase dirty fuel production in the U.S. under the guise of energy independence. This is nonsense. True energy independence and a peaceful future can only come from renewable energy.”

Terlepas dari benar atau tidaknya kampanye Greenpeace di atas, yang membuat kita keheranan, adalah: mengapa kampanye itu baru digencarkan ketika terjadinya konflik Rusia - Ukraina? Mengapa tidak dari dulu-dulu mereka melakukan penyetopan dan pemblokiran ekspor gas dan minyak Rusia? Mengapa pula pemblokiran itu hanya terjadi terhadap negara yang membawa minyak dan gas dari Rusia saja? Mengapa tidak dilakukan terhadap yang lain? 

Jawabannya, adalah lagi-lagi karena alasan perang. Mesin ekonomi Rusia di tengah situasi ini adalah Minyak dan Gas. Pasca keputusan Rusia untuk menyetop pasokan ke Uni Eropa dan mengurangi ekspor minya ke Amerika, telah menjadikan Greenpece sebagai salah satu bagian dari strategi negara anti Rusia. Terbukti, bahwa Greenpeace juga telah mengeluarkan sebuah aplikasi pelacak tanker Rusia untuk diboikot dan diblokir dari melakukan aktifitas ekspor. 

Greenpeace seolah tidak peduli bahwa tindakan mereka itu justru membuat banyak negara yang tidak berkepentingan dalam perang menjadi ikut terdampak karenanya. Mereka seolah menjadi kepanjangan tangan dari UE dan AS guna memuluskan langkahnya, yaitu jangan hanya AS dan UE yang terkena dampaknya. Namun, seluruh dunia harus ikut bersama-sama merasakan dampak dari perang itu. Jika dampak itu dirasakan pada sektor migas, ya semua negara di dunia harus ikut mengalami gejolak Migas. Begitulah kiranya. 

Sampai di sini, kita patut mempertanyakan, Greenpeace itu sebenarnya adalah organisasi lingkungan hidup yang menyerukan perubahan iklim ataukah  Greenwar, yaitu angkatan perang dengan senjata lingkungan?

Spread the love
Direktur eL-Samsi, Peneliti Bidang Ekonomi Syariah Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Wakil Sekretaris Bidang Maudluiyah PW LBMNU Jawa Timur, Wakil Rais Syuriyah PCNU Bawean

Related Articles