Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang (1 Oktober 2022) serasa menggugah sanubari kita selaku masyarakat penikmat dan penyuka olahraga sepakbola. Mengapa kasus serupa sering terjadi di negeri kita?
Kita dikenal di mata dunia sebagai bangsa yang memiliki citra ramah, toleran, suka bergaul, bergotong royong, dan saling tolong menolong. Kondisi keragaman agama, suku, bangsa dan etnis mampu disatukan di bawah jargon Persatuan Indonesia. Namun, mengapa hanya karena faktor dukungan terhadap sebuah klub sepakbola kemudian muncul korban jiwa? Coba kita renungkan!
Filosofi Perlombaan
Sepakbola adalah olahraga adu strategi, ketangkasan, keterampilan dan manajemen pemain dengan skill dan potensi yang berbeda (munadlalah) dalam ruang satu kesebelasan.
Yang dimaksud dengan ketangkasan sudah pasti adalah seni dalam penguasaan bola, menggocek bola, ketepatan dalam memberikan operan atau tendangan bola ke gawang lawan. Nah, dalam rangka mengetahui sejauh mana ketangkasan itu telah dikuasai oleh para pemain club itulah, maka ada lomba adu ketangkasan.
Karena untuk mengevaluasi sebuah ketangkasan diperlukan adanya lawan, maka asal muasal filosofi perlombaan adalah club satu menyewa (ijarah) club lain untuk bertanding melawannya secara fair play. Terkadang, akad penyewaan ini diubah menjadi akad kompetisi. Ibaratnya, kalau klub kamu bisa mengalahkan klub kami, maka kami sediakan hadiah buat kalian sebagai rasa terima kasih karena sudah bersedia menjadi lawan tanding kami. Namun, sebaliknya jika tidak bisa mengalahkan club kami, hadiah itu tidak bisa di bawa oleh club kalian.
Itulah filosofi dasar adanya pertandingan adu ketangkasan atau kompetisi apapun.
Lalu, mengapa sering terjadi kericuhan dalam pertandingan?
Secara syara’, ada beberapa syarat dan rukun kompetisi yang tidak dipenuhi dalam pertandingan itu.
Pertama, akad pertandingan itu telah disusupi oleh perjudian sehingga tidak lagi murni uji ketangkasan.
Kedua, pertandingan diselenggarakan dalam rangka sebuah bisnis. Itu sebabnya, ada tekanan bagi pemilik klub, pelatih dan pemain untuk menang. Atau bahkan, pertandingan telah beralih menjadi adu gengsi. Itu sebabnya, ada supporter fanatik, jual beli pemain dengan skill yang tinggi, usaha mensiasati skor, dan sejenisnya.
Ketiga, ada kemungkinan bahwa pihak klub dipungut biaya pendaftaran yang besar sehingga mereka berusaha memperebutkan kembali uang yang diserahkannya. Itu sebabnya, mereka tidak menghiraukan visi dan misi uttama diselenggarakannya sebuah kompetisi. Yang penting bagi mereka adalah kembali modal, dan mendapatkan kembali hadiah yang sejatinya adalah ibarat uang yang dipertaruhkan.
Beberapa faktor di atas itulah yang kerap mendorong terjadinya tindakan udwan (kisruh), saling membenci, atau bahkan berbuntut panjang yaitu saling mengancam. Jika hal itu yang menjadi ujung dari sebuah pertandingan, maka untuk apalagi sebuah kompetisi itu diselenggarakan? Mudlarat kepada masyarakat lebih besar dibanding kemaslahatannya. Allah SWT sudah mengingatkan:
یَسۡـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡخَمۡرِ وَٱلۡمَیۡسِرِۖ قُلۡ فِیهِمَاۤ إِثۡمࣱ كَبِیرࣱ وَمَنَـٰفِعُ لِلنَّاسِ وَإِثۡمُهُمَاۤ أَكۡبَرُ مِن نَّفۡعِهِمَاۗ
“Kaum itu telah bertanya kepadamu tentang khamr dan perjudian. Jawab (Muhammad!): sesungguhnya pada keduanya terdapat dosa besar dan juga kemanfaatan buat manusia. Akan tetapi, dosanya lebih besar dari kemanfaatan itu.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 219).
Bukankah Allah SWT juga sudah menegaskan di dalam Kitab Suci Al-Qur’an, bahwasanya:
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ
“Melalui minuman keras dan judi, setan hanya menghendaki kamu agar saling bermusuhan dan membenci satu sama lain, menjauhkan kamu dari mengingat Allah, meninggalkan sholat. Tidakkah kalian ingin berhenti (dari itu semua)?” (Q.S. Al-Maidah [5]: 91).
Bahkan di dalam ayat sebelumnya (Q.S. Al-Maidah [5] ayat 90), Allah SWT memerintahkan agar menjauhi perjudian itu. Apapun bentuk dan wujud kompetisinya. Sebab, judi, khamr, undi nasib, adalah najis (rijsun) serta merupakan perbuatan setan. Naudzu billah min dzalik!
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.