elsamsi log
Edit Content
elsamsi log

Media ini dihidupi oleh jaringan peneliti dan pemerhati kajian ekonomi syariah serta para santri pegiat Bahtsul Masail dan Komunitas Kajian Fikih Terapan (KFT)

Anda Ingin Donasi ?

BRI – 7415-010-0539-9535 [SAMSUDIN]
– Peruntukan Donasi untuk Komunitas eL-Samsi : Sharia’s Transaction Watch

Bank Jatim: 0362227321 [SAMSUDIN]
– Peruntukan Donasi untuk Pengembangan “Perpustakaan Santri Mahasiswa” Pondok Pesantren Hasan Jufri Putri – P. Bawean, Sangkapura, Kabupaten Gresik, 61181

Hubungi Kami :

Png 20220825 001342 0000

Perang Rusia-Ukraina telah melahirkan sejumlah permasalahan bagi negara-negara di dunia. Salah satu permasalahan itu adalah kenaikan harga minyak dunia. 

Tidak hanya bagi negara NATO yang dikomandani oleh Amerika Serikat dan Masyarakat Eropa, akan tetapi juga merembet ke negara-negara di wilayah Asia, termasuk Indonesia. 

Gelombang resesi terjadi dalam wujud terdepresinya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika karena kenaikan suku bunga The Fed, dan harga BBM yang sudah diwacanakan akan diberlakukan pada Pertalite. Sudah barang tentu, bahwa kenaikan ini akan meluas ke sejumlah harga 9 bahan pokok masyarakat dan beberapa barang konsumsi publik. 

Semua itu adalah dipicu karena blokade minyak Rusia yang menguasai 25% minyak dunia. Tidak berhenti sampai di situ, batu bara Rusia juga turut menyumbang percepatan resesi dunia. 

Karena hal inilah, maka timbul pemikiran dari para negara-negara penguasa teknologi yang terpengaruh oleh pasokan minyak itu, dan menyatakan berseteru dengan Rusia secara nyata, untuk mencari jalan keluar dari problem minyak dan bahan bakar fosil. Salah satunya, adalah optimalisasi dan percepatan penggunaan energi baru dan terbarukan (renewable resource). 

Pasokan alam yang tak terbatas dan terdiri dari matahari, angin dan air menjadi sasaran optimalisasi teknologi. 

Terhitung sejak bulan Maret 2022, tren peralihan  sudah mulai tampak terjadi di Amerika. Bloomberg melaporkan bahwa per Maret 2022, beberapa pembeli yang terdiri dari orang kaya telah beralih ke teknologi EV (electric vehicle). Dan tren ini mulai terasa peningkatannya di sejumlah negara, yang disertai dengan beberapa alternatif pilihan model EV sesuai dengan kelas ekonomi masyarakat. 

Melirik Statistik Penjualan Mobil Listrik di Inggris

Inggris merupakan negara yang secara tegas menentang kebijakan invasi Rusia ke Ukraina sehingga turut merasakan imbas kebijakan minyak dan gas Rusia ke negaranya. Namun, dampak itu disikapi dengan cara lain oleh negara itu, yaitu dengan jalan lari ke percepatan transisi ke teknologi dengan energi terbarukan (renewable resources). 

Pasar mobil listrik tumbuh pesat di UK dan lebih meningkat lagi semenjak krisis Rusia-Ukraina. Berdasarkan data yang disampaikan oleh Zap-Map, pada akhir Juli 2022, terdapat lebih dari 520.000 unit mobil listrik dari jenis BEV (baterai electric vehicle) dan 930.000 unit mobil listrik dari jenis plug-in hybrids electronic vehicle (PHEVs) teridentifikasi melaju di jalanan-jalanan Inggris.

Pesatnya laju transisi itu juga bisa diketahui berdasarkan indikasi meningkatnya sejumlah permintaan konsumen terhadap beragam produk EV plus ketersediaan kendaraan EV dengan kelas ukuran yang lebih besar di tahun 2022 ini. 

Market Share tahunan EV di Inggris

Tidak hanya berhenti sampai di situ, indikasi lainnya adalah tampak dari dukungan pemerintah Inggris dalam mempercepat pembangunan infrastruktur EV. Hal ini terlihat dari semakin bertambahnya sejumlah titik pengisian daya di negara tersebut dari tahun ke tahun. Tahun 2022 menjadi tahun dengan peningkatan yang tertinggi sebesar 16,7% di bulan Juli 2022. Lihat diagram berikut!

Jumlah plug-in komulatif di Inggris

Ditinjau berdasarkan bulan, ada yang spesial di negara Ratu Elisabeth ini. Bulan Maret dan bulan September adalah bulan paling banyak menunjukkan angka pendaftaran kendaraan baru dan plat baru. Pada kedua bulan ini, terdata angka penjualan yang paling tinggi produk EV. Lihat diagram berikut!

Jumlah Plug – in Baru di Inggris per bulan

Coba simak statistik pendaftaran di Bulan Maret 2022. Nampak sekali lonjakan itu. Dan angka itu diprediksi akan tumbuh kembali di September 2022 mendatang.

Melihat dari data-data di atas, nampak sekali ada kecenderungan dari negara-negara barat dalam usahanya mempercepat transisi teknologi dari menggunakan energi fosil ke energi terbarukan. Besar dugaan bahwa peningkatan ini dipengaruhi oleh dampak perang Rusia – Ukraina yang berujung pada krisis energi. Nah, bagaimana dengan Indonesia?

Muhammad Syamsudin, S.Si., M.Ag

Peneliti Bidang Ekonomi Syariah – Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur

Spread the love

Related Articles

Tinggalkan Balasan